Showing posts with label Sebuah Kisah. Show all posts
Showing posts with label Sebuah Kisah. Show all posts

Thursday, April 4, 2013

Kenapa aku harus menunggu lagi??


 

Hari-hari kulalui dengan berusaha untuk selalu menyibukkan diriku dengan kesibukan yg entah kesibukan serius atau kesibukan yg menghibur dengan tujuan agar aku melupakan perasaanku tentang pernikahan. Bagiku, cinta tak penting dalam memulai sebuah ikatan yg disebut pernikahan. Aku tak peduli apakah dia mencintaiku, atau aku mencintainya. Aku hanya ingin memulai kehidupanku dalam sebuah ikatan suci dengan seseorang, bukan nafsu yg kuharapkan dalam ikatan ini, tapi hanya karena Allah. Aku ingin beribadah sepenuhnya, aku ingin memuliakan suamiku, membahagiakannya, menuruti kemauannya, tidak membantah perintahnya, melahirkan, merawat dan mendidik anak-anaknya, membesarkan, dan hidup bahagia dengan keluarga kecilku… itulah harapanku. 


Untuk saat ini, aku sedang dalam sebuah ikatan pertunangan dengan seseorang. Mau tidak mau harus kuakui aku kagum padanya. Kagum akan kesetiaannya padaku selama 8 tahun kami pernah menjalani sebuah ikatan dan membuat sebuah komitmen untuk menikah di masa depan. Ya, 8 tahun silam kami membuat janji itu. Dulu, aku sangat mencintainya, jauh sebelum dia mencintaiku. Satu tahun lamanya dia mengabaikanku, dan menjalin hubungan dengan temanku. Hingga akhirnya dia menyadari keberadaanku. Kami bersama, ya, bersama selama 8 tahun. Tanpa ujung, tanpa tujuan, tanpa progress, mau dibawa kemana hubungan ini?? Kalau bukan dia yang memulai, aku tak bisa berbuat apapun. Hingga akhirnya aku benar-benar merasa lelah dan capai dengan semua ini. Ya, aku pernah mengalami masa dimana aku tak punya perasaan apapun, ilfeel, bosan, hambar, dan aku rasa…. Ini bukan cinta. Aku berpindah ke lain hati tanpa sepengetahuannya, aku meninggalkannya begitu saja, mencampakkannya, membuangnya dengan kejam, berpuluh-puluh pesan darinya aku abaikan, nomor henfonnya kuhapus dari memoriku. Aku abaikan dia selama 8 bulan, aku berhubungan dengan teman lamaku, teman masa kecilku, temanku yg tidak sedikit orang yg bilang bahwa dia tampan, manis. Perempuan mana yg tidak jatuh cinta bila mendapat rayuannya. Ya, temanku masa kecilku ini amat sangat jago menarik perhatian perempuan. Termasuk aku. Dan saat inilah aku mengalami rasa sakit hati yg begitu dalam karenanya. Dia merayuku, memanggilku sayang, memberiku pesan setiap hari, terkadang menelfonku , tiap kata yg dia ucapkan padaku selalu manis dan menyentuh titik hatiku, hingga aku benar2 mencintainya dan melupakan orang yg sekarang menjadi tunanganku. Entah ini karma atau tidak. Teman masa kecilku hanya mempermainkanku, dia mengangkatku terbang tinggi lalu menjatuhkanku dengan kerasnya hingga aku terjatuh sekeras-kerasnya, tulang2ku patah dan aku tak kuat lagi, bahkan untuk bangkitpun aku tak mampu. Rasanya sakit, perih, menusuk hati, pisau yg dia goreskan menghunus jantungku hingga aku sesak nafas, tangisku hampir tiap malam. Aku bagaikan seseorang yg kehilangan jalan pulang. Aku benar2 tak tahu kemana aku harus berjalan.

 

Seiring berjalannya waktu, perasaanku mulai terkendali, aku mulai bisa melupakan teman masa kecilku, tapi aku tetap tak bisa membencinya, ketika aku mengingat senyumnya untukku, aku selalu tersenyum… meski hatiku perih jika mengingat hal itu. Aku berusaha untuk menyibukkan diri, mengikuti tes ini itu untuk pengajuan kuliah master. Ya, karena mungkin dari awal niatku sudah salah, bukan untuk mencari ilmu tapi untuk menghibur diri, untuk menyibukkanku sesibuk mungkin. Aku salah, dan my proposal has been rejected.

 

Hubunganku dengan kekasih 8 tahunku mulai membaik, meski jujur, aku tidak yakin bahwa aku mencintainya. Aku yang sekarang bukan aku yang dulu, memang seharusnya aku seperti itu, karena perasaanku masih tidak karuan jika mengingat rasa sakit yg kualami krn dipermainkan teman masa kecilku. Dengan adanya pengalaman ini, aku sangat bersyukur kami berpisah, karena dari sini aku tau kelebihan seorang kekasihku yg amat sangat setia kepada seorang perempuan, sedangkan teman masa kecilku hanya suka bermain-main dengan perempuan sesuka hatinya. Ya, lelaki setampan itu, sejantan itu, hanya bisa memaikan boneka Barbie, mainan anak perempuan. 

 

Lucunya, bukan hanya aku yang dia jadikan Barbie.

Aku sudah tidak bisa mencintai siapapun, aku sudah tidak menginginkan cinta dari siapapun. Bagiku cinta itu tidak penting, yang paling penting adalah hubungan dengan semua orang berjalan dengan baik. Tidak ada sakit hati, tidak ada yg ditinggalkan atau meninggalkan. Aku benar-benar tidak ingin mencintai siapapun, termasuk tunanganku saat ini. 

 

Ya!! Aku bertunangan. Bermula saat hubungan kami mulai membaik, dia memintaku kepada orang tuaku dengan baik-baik. Keluargaku pun menerimanya dengan baik. Tapi aku, aku tak bisa sepenuhnya mencintai tunanganku. Aku masih sedikit membencinya, karena bertahun-tahun lamanya tidak ada progress dalam hubungan kami. Hingga tiba saat ini. Bukankah seharusnya aku bahagia?? Tidak!!! Aku yg sekarang bukan aku yang dulu. Aku tidak ingin cinta… aku hanya ingin sebuah ikatan pernikahan yang serius. Aku hanya ingin mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT melalui sebuah ikatan pernikahan, seperti yang sudah kutulis sebelumnya. 

 

Tapi setelah ikatan pertunangan ini terjadi, apa yang kudapat?? 1 tahun kedepan aku harus menunggunya sampai dia benar2 mengucapkan akad itu. Satu tahun??? Selama itukah aku harus menunggu?? Belum puaskah 8 tahun untuk menjalaninya???? Harus 9 tahun kah yg kulalui untuk menunggunya mengucapkan akad nikah? Betapa hatiku sakit menerima semua ini. 8 tahun sudah aku bersabar. Masih ada satu tahun lagi masaku untuk bersabar?? Sejenak memang menyakitkan…

 

Ingin rasanya aku membatalkan pertunangan dengannya, dan memilih seseorang yg kukenal lewat situs jejaring sosial yg juga serius denganku, bahkan jika kuizinkan, dia akan menikahiku secepatnya. Meski aku sama sekali tidak mencintainya. Meski kupikir, wajahnya tidak terlalu tampan. Kerjanya juga tak terlalu menjanjikan. Aku bisa saja membatalkan pertunanganku, toh aku tidak mencintai siapapun saat ini. Karena aku sudah bertekad, aku sudah yakin, bukan cinta yang terpenting untuk memulai sebuah ikatan suci pernikahan. Aku hanya ingin kehidupan baru… hidup dengan keluarga kecilku dengan bahagia…

 

Pada akhirnya, aku dan tunanganku saling diam membisu, tanpa ada sepatah katapun, tanpa ada koneksi. Aku yakin dia memilih untuk diam, karena jika dia menghubungiku, yang ada hanyalah pertengkaran yg terjadi. Aku pun memilih untuk diam. aku tidak akan menunggunya, aku hanya akan diam, sampai hari itu tiba… karena aku bisa berubah pikiran.

 

-----Semoga bisa dijadikan pelajaran-----




Thursday, February 14, 2013

Nasib lo, ada di tangan lo... tapi Tuhan yang mencet tombolnya



Karena gue muslim gue mo ngucapin,
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAH WABARAKATUH :D
Malam yang indah bukan??,
Oke! kali ini gue pengen nulis sesuatu yang sangat perlu untuk kita ketahui. Apakah itu? Pengalaman gue. Yep! Pengalaman gue! :D
Sob, lo kudu yakin dengan apa yang lo yakini, keyakinan itu penting, sob! Yakinlah dengan motto hidup lo sendiri. Kayak gue, yang selalu yakin dengan motto hidup gue...

إن الله لايغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah nasib mereka sendiri”

Keren gak tuh? ini juga buat lo semua, sob! karna gue punya cerita...



Story 1...
February, 14th 2013 on Thursday...
Hari ini, untuk ketiga kalinya gue ketemu ni cowok. Dia pemalu banget! dan gue yakin ya... dia itu temen SMP gue,entah kelas A atau C, yang jelas bukan temen sekelas.
yachh... seperti yang gue bilang, ini ketiga kalinya gue ketemu dia di daerah tempat gue kerja. kondisinya sama, gue ketemu ketika gue abis nganter pulang murid yang sakit. Dia selalu ngeliat gue, gue juga gitu sih (bukan jelalatan). Awalnya gue ragu, bener ga sih bi cowok temen gue? kalo kagak....? tengsin dong!! tapi napa dia ngeliatin gue terus ya? apakah gue cantik? OUHH!! Makasuuiiihh... butuh kembalian?? #GLODAKK (apaan sih?)
Fokus...
dengan ketemunya gue kali ini, gue bener2 yakin kalo dia tu temen gue waktu di SMP. Dengan ragu2 gue nyoba nyapa dia duluan.
“kayaknya pernah kenal, deh!” sapa gue sok manis.
“Alfa, ya??!! dia tersenyum ke gue.
Ya Allaaaahh... betapa nyeselnya gue kalo ga gue sapa tadi. Dia bener-bener temen gue, bahkan dia langsung nyebut nama gue, nama dia aja gue gak tau.
akhirnya kita ngobrol bentar setelah akhirnya gue balik lagi ke tempat kerja. yaa... ternyata dari awal kita ketemu di daerah ini, dia tau kalo gue temennya, cuman malu kali mau nyapa. 7 tahun yang lalu kita sekolah bareng, 7 tahun lamanya kita gak pernah ketemu, dan sekarang kita ketemu dalam keadaan yang berbeda. gue bawa yamaha mio dan pake seragam dinas, sementara dia bawa honda 800 dengan gerobak sayur di belakang motornya. Gue ngerasa bersyukur dengan kerjaan gue, gue harap dan gue yakin dia juga pasti sangat bersyukur dengan kerjaan dia sekarang :) .

***                                  ***                                   ***
Story 2...

Gue juga pernah ketemu sama temen gue di pasar sayur. Hari itu sepulang dari tempat kerja gue langsung ngacir ke pasar. Pas gue beli bubur sumsum, sebelah kanan gue ada penjual sayur di emperan toko, pakaiannya lusuh pemirsa! gue pengen nangis banget karena ternyata dia adalah temen yang pernah sempet sebangku sama gue di sekolah, namanya Darti’. Dan saat itu juga gue langsung nyamperin dia, dalem ati gue langsung berdoa, “ya Allah... berikanlah rizki yang melimpah yang halal kepada hamba dan teman2 hamba semua, ya Rabb”.

***                                  ***                                   ***

Makanya sob, pandai-pandailah dalam bersyukur, rajin-rajinlah mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Diberikan pekerjaan yang halal untuk kita lakuin, meskipun hasilnya nggak sebanding dengan apa yang kita lakuin, bersyukurlah! yang penting pekerjaan itu halal. Lihatlah ke bawah, sob! lihatlah orang2 yang jauh di bawah kita... yang ngga mampu ngelakuin apa yang kita bisa. Diberikan kehidupan dan kesehatan aja udah syukur Alhamdulillah... Jadi, dari nol.. lo sendiri yang harus ngerubah nasib lo, supaya lo bisa hidup dengan ridho Allah SWT.

Thursday, October 11, 2012

ANAK2 JAMAN DULU DAN SEKARANG UDAH BEDA



Selamat malam untuk para pembaca di mana pun kalian berada.
Rasanya udah cukup lama aku nggak update tulisan di blog yang adem ini—akhirnya bisa nulis lagi juga.

Kali ini, aku pengin cerita soal pengalaman yang aku alami sejak mulai bekerja di sebuah lembaga pendidikan. Ada banyak hal yang menarik, tapi yang paling mencolok menurutku adalah perbedaan antara anak-anak zaman dulu dan anak-anak zaman sekarang.

Kenapa aku bilang beda? Ya karena emang kerasa banget perbedaannya. Mulai dari cara berpikir, tingkah laku, sampai sikap mereka terhadap orang lain.

Nggak tahu kenapa ya, aku ngerasa anak-anak zaman sekarang punya gaya dan kebiasaan yang cukup jauh berbeda dibanding anak-anak dulu. Dan hal-hal kayak gitu yang bakal aku bahas lebih lanjut di tulisan ini.

Contohnya gini nih...

Guru: (lagi fokus nerangin pelajaran di depan kelas)
Murid zaman dulu: serius dengerin, nyatet, sesekali ngangguk-angguk tanda ngerti
Murid zaman sekarang: sambil selonjoran, main yoyo, sesekali ngelirik HP... terus bilang: “Eh Bu, ulangin dong, tadi aku nggak denger...” 😅
************************************************************

Mulai sekarang, Murid Zaman Dulu akan aku singkat jadi MJD, dan Murid Zaman Sekarang jadi MJS.
************************************************************
Guru: (lagi ngajar di kelas, tiba-tiba nemu surat-surat-an di antara dua murid)
MJD 1: isi surat: “Nanti pulang sekolah anterin aku ke Mang Odong beli cilok, ya.”
MJD 2: balasan: “Iya, tapi nanti aku minta ya...” 🥴
MJS 1: isi surat: “Jar Fajar, kata Vira kamu mau balikan lagi nggak sama dia? Dia masih sayang, tapi tadi kok narik-narik tangan Hendra ya...”
MJS 2: balasan: “Iya gapapa, lhr minggu besok aku ajak dia ke tempat kemarin lagi.” 😅
************************************************************

Waktu pelajaran Bahasa Arab...

Guru: “Jadi anak-anak, ingat ya rumus ini: فعل مضارع + فاعل + مفعول به
MJD: (manggut-manggut) “Insya Allah, Bu.”
MJS: (nyeletuk dari belakang) “Terus aku harus bilang WOW gitu??” 😎

************************************************************

Di kelas saat guru menulis materi...

Guru: “Ayo, yang ibu tulis di papan, disalin di buku masing-masing ya.”
MJD: (langsung nulis dengan tenang dan rapi)
MJS: (ketawa-ketawa, ngobrol sama temen sebelah, sibuk sendiri)

Beberapa saat kemudian...

Guru: “Encuz, kamu kok nggak nulis?”
MJD: “Pensil saya bujel, Bu...” (sambil berlinang air mata)
Guru: “Kenapa nggak pinjem temen? Sini ibu pinjemin.”
MJD: (nangis terharu)

Bandingkan dengan...

Guru: “Encuz, kamu kok nggak nulis?”
MJS: “Masalah buat Ibu??”
Guru: ...langsung naik darah 😤

************************************************************

Saat ada PR...

Guru: “Anak-anak, PR-nya dibuka, Ibu mau periksa!”
MJD: (yang lupa ngerjain buru-buru nyalin punya temen)
MJS: (jalan ke meja guru) “Bu, aku nggak ngerjain... susah semua! Aku berdiri di pojok aja, ya?” 😅

************************************************************

Jam istirahat...

Guru: (lagi males ke kantor, jadi sambil koreksi tugas di kelas dan buka HP)
MJD: (jajan di luar kelas sambil ngobrol santai sama temen-temennya)
MJS: (jajan, balik ke kelas, ngobrol keras-keras sambil makan)

Guru: “Main di luar dulu dong, Nak.”
MJS: “Wuihhh... Samsung Galaxy nih yeee...”
Guru: “Udah, main di luar dulu ya.”
MJS: (masih di tempat, lalu nyeletuk keras) “Wuih... gurunya nonton yang 17+ yaa…”
Guru: 😱 “Ya Allah, nak... apa itu?”
MJS: “Masa gak tau sih Bu... itu lho, yang kayak gini…” (sambil memperagakan hal yang absurd ke temennya)
Guru: gebrak meja! “Ke kantor sekarang juga!” 😤

************************************************************
         Miris juga ya lihat perbedaan anak-anak zaman sekarang sama zaman dulu. Nggak bisa dipungkiri, banyak faktor yang bikin karakter anak sekarang jadi beda banget—mulai dari tontonan yang gak tersaring, pengaruh media sosial, sampai makanan instan yang mereka konsumsi.

Bahkan pelajaran Fikih pun ikut menyesuaikan. Dulu, bahasan tentang haid atau khitan baru muncul di SMP. Sekarang, anak SD kelas 6 udah dikasih materi itu. Ya... mau gimana lagi, perkembangan zaman.

Bukan berarti semua anak kayak gitu, ya. Masih banyak juga kok yang sopan dan paham tata krama. Tapi, untuk para guru SD... kalian pasti ngerti banget maksudku ini 😅